Di balik munculnya ombak besar yang berbarengan dengan datangnya musim
angin barat ternyata membawa berkah tersendiri bagi sejumlah nelayan di
kawasan pantai barat Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Saat ini mereka
lebih banyak mendapat hasil tangkapan, terutama untuk jenis ikan layur.
Mulai banyaknya hasil tangkapan ikan layur tersebut, setidaknya dapat
menjadi pengganti minimnya hasil tangkapan sebelumnya saat masa
paceklik. Lebih menggembirakan lagi harga ikan layur saat ini juga mulai
naik apabila dibandingkan kondisi sebelumnya. Saat ini harga ikan layur
bervariasi sesuai dengan berat ikan tersebut, berkisar antara Rp 18.000
- Rp 30.000 per kilogram.
Ny. Tisno nelayan di Pantai Timur Pangandaran mengatakan harga ikan
layur tergantung dari besar kecilnya ikan tersebut. Semakin besar atau
berat, harga ikan layur semakin mahal.
’’Seakin berat, harganya tambah mahal. Terus terang sejak musim angin
barat hampir tiap hari dapat layur. Sebelumnya sih tidak begitu ramai,
hanya beberapa saja, tetapi sekarang cukup banyak,’’ ujarnya, Senin
(30/1), di sela melayani warga yang membeli ikan segar yang baru diambil
dari laut.
Selain layur, ikan lain juga ikut meramaikan pasaran, seperti manyung
ekor kuning, cumi-cumi udang dan lainnya. Dibandingkan dengan ikan
layur, harga ikan manyung lebih mahal, akan tetapi jumlahnya relatif
lebih sedikit. Harga ikan manyung sampai Rp 30.000 per kilogram,
sedangkan udang tergantung jenisnya, untuk udang jerbung Rp 120.000 dan
udang jambu Rp 30.000 per kilogram.
’’Dibdaningkan tangkapan lainnya, paling banyak ikan layur. Namanya juga
usaha,kadang dapat banyak, kadang juga sedikit, tetapi hampir tiap hari
dapat ikan layur. Kalau jualnya tidak susah, cukup langsung dijajar di
pinggir pantai,’’ ungkapnya.
Sementara nelayan lainnya Kirno menambahkan, belakangan ini sedang musim
ikan layur. Hanya saja hasil tangkapannya belum begitu banyak apabila
dibandingkan dengan sebelumnya.
’’Mungkin karena dekat dari pantai jadi hasil tangkapnnya tidak
maksimal. Namun demikian kami tetap bersyukur mendapatkan hasil, namanya
juga rezeki, hari ini dapat ikan banyak, mungkin besok sedikit,’’
tuturnya.
Dia mengatakan saat musim angin barat, nelayan pantai timur Pangandaran
tetap melaut, namun demikian jarak tempuhnya diperpendek. Keadaan
tersebut disebabkan karena di bagian tengah laut ombak sedang besar.
Alasan lainnya karena keterbatasan alat tangkap, seperti hanya memakai
perahu kecil serta jala atau jaring khusus untuk pantai.
’’Memang ombak lebih besar dibandingkan biasanya, tetapi kami tetap
melaut. Tidak mungkin berhenti, sepanjang bisa melaut kami akan tetap
mencari ikan. Yang penting waspada, jika ada tanda-tanda bakal datang
ombak besar, segera pulang,’’ ungkapnya.
Sebagai nelayan yang sudah puluhan tahun melaut, Kirno yang saat itu
bersama dengan Tisno menambahkan bahwa musim angin barat yang diikuti
dengan gelombang tinggi diperkirakan bakal berlangsung hingga bulan Juni
mendatang. Berbeda dengan petani di pantai timur, lanjutnya selama
musim angin barat, sebagian nelayan di pantai barat mengurangi
aktivitasnya mencari ikan di laut.
’’Harapan kami datangnya angin timur juga membawa berkah tersendiri bagi
nelayan. Sekarang hampir setiap hari dapat ikan layur, waktu musim
kemarau praktis hasil tangkapan sedikit,’’ tuturnya. Sumber PikiranRakyat
0 komentar:
Posting Komentar