I. Standar Kompetensi : Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku
bangsa di lingkungan kebupaten/kota dan provinsi
II. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/
kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya
III. lndikator : ● Mengidentifikasi ciri-ciri dan manfaat kenampakan alam
● Menunjukkan ciri-ciri sosial dan budaya di kabupaten/kota provinsi tempat tinggalnya
● Menjelaskan keanekaragaman sosial di daerahnya
● Menjelaskan keanekaragaman budaya di daerahnya
● Menunjukkan tempat suku bangsa yang ada di daerahnya
● Menunjukkan tempat budaya di daerahnya
●
- A. Ciri Kenampakan Alam dan Manfaatnya
Kenampakan alam merupakan bentuk muka bumi. Kenampakan
alam disebut juga dengan istilah
bentang alam. Setiap daerah mempunyai
kenampakan alam yang berbeda-beda. Ada yang datar, ada yang berbukitbukit.
Ada pula daerah yang tertutup atau digenangi oleh air. Seperti sungai
dan laut.
Pada dasarnya kenampakan alam dibagi menjadi 2 bagian yaitu
kenampakan alam wilayah daratan dan kenampakan alam wilayah perairan.
1. Kenampakan Alam Wilayah Daratan
Wilayah daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air dan berbentuk padat. Kenampakan alam yang termasuk
wilayah daratan adalah sebagai berikut:
a. Dataran rendah
Dataran rendah adalah wilayah datar yang memiliki ketinggian 0 -200 m di atas permukaan laut. Pada peta, dataran rendah biasanya
digambarkan dengan warna hijau. Dataran rendah banyak dimanfaatkan
untuk pemukiman, industri dan pertanian. Ibu kota propinsi di Indonesia
hampir semuanya berada di dataran rendah dan dekat dengan laut. Seperti
kota Jakarta, Surabaya dan Pontianak. Tanaman yang cocok di dataran
rendah adalah padi, palawija dan tebu.
b. Dataran tinggi
Dataran Tinggi adalah wilayah daratan luas yang terletak pada
ketinggian di atas 200 meter dari permukaan air laut. Dataran tinggi
disebut juga
plateau atau
plato. Pada peta, dataran
tinggi biasanya digambarkan dengan warna coklat. Contoh dataran tinggi
di Indonesia adalah Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah), Dataran Tinggi
Alas (Aceh), Dataran Tinggi Bone (Sulawesi Selatan). Dataran tinggi
sangat cocok untuk kegiatan wisata dan perkebunan. Tanaman yang cocok
untuk perkebunan antara lain teh, cengkeh, kopi, sayuran dan
buah-buahan.
c. Pantai
Pantai adalah wilayah perbatasan antara daratan dan laut. Pantai ada
yang landai ada yang terjal. Pantai banyak yang dimanfaatkan sebagai
tempat wisata. Contohnya adalah Pantai Carita (Banten), Pantai Senggigi
(NTB), Pantai Ancol (DKI Jakarta), dan Pantai Kasih (Aceh). Selain
sebagai tempat wisata, pantai juga dapat dimanfaatkan untuk tempat
pelelangan ikan dan pembuatan garam.
d. Gunung
gunung
Gunung adalah bagian bumi yang menonjol tinggi dengan ketinggian
puncaknya di atas 600 m. Gunung dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Gunung berapi
Gunung berapi merupakan gunung yang masih aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Contoh gunung berapi adalah Gunung Merapi (Jawa
Tengah), Gunung Tangkuban Perahu (Jawa Barat), Gunung Agung dan
Gunung Batur (Bali), Gunung Kerinci (Nusa Tenggara Barat)
2) Gunung tidak berapi
Gunung tidak berapi merupa-kan gunung yang sudah tidak aktif lagi.
Gunung tidak berapi sangat kecil kemungkinan untuk meletus. Gunung tidak
berapi sering juga disebut gunung mati. Contoh gunung tidak berapi
adalah Gunung Muria (Jawa Tengah), Gunung Tambora (NTB), dan Gunung
Melawan (Kalimantan Tengah). Gunung terdiri dari tiga bagian. Yaitu
puncak, lereng dan kaki gunung. Tanah yang berada di sekitar gunung
sangat subur.
e. Pegunungan
Pegunungan adalah rang-kaian gunung yang sambung menyambung satu sama
lain. Pe-gunungan juga sering dimanfaatkan untuk tempat wisata. Selain
karena udaranya yang sejuk juga karena pemandangan di pegunungan sangat
indah. Contoh pegunungan di Indonesia adalah Pegunungan Kendeng (Jawa
Tengah), Pe-gunungan Sibolangit (Aceh), Pegunungan Bukit Barisan
(Bengkulu-Jambi), dan Pegunungan Jayawijaya (Papua).
f. Tanjung
Tanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Tanjung kadang
disebut dengan istilah Ujung. Tanjung yang luas disebut semenanjung.
Tanjung banyak dimanfaatkan untuk membangun pelabuhan. Contoh tanjung di
Indonesia adalah Tanjung Perak (Surabaya-Jatim), Tanjung Priok (DKI
Jakarta), Tanjung Batu (Kalimantan Timur) dan Ujung Kulon (Jawa Barat).
g. Delta
delta
Delta adalah daratan yang berada di tengah sungai. Biasanya
di muara sungai. Muara sungai merupakan pertemuan antara air
sungai dan air laut. Contoh dari delta adalah Delta Sungai Bengawan
Solo yang bermuara di Laut Jawa, dan Delta Sungai Mahakam
di Kalimantan yang bermuara di Selat Makasar.
2. Kenampakan Alam Wilayah Perairan
Wilayah perairan merupakan bagian dari permukaan bumi yang
tergenangi air. Kenampakan alam yang termasuk wilayah perairan adalah
sebagai berikut:
a. Sungai
Sungai adalah aliran air yang panjang yang berasal dari mata air dan
bermuara atau berakhir di laut. Sungai banyak digunakan untuk sarana
transportasi dan irigasi. Sungai di Kalimantan banyak yang dimanfaatkan
untuk pasar apung. Contoh sungai di Indonesia adalah
Sungai Kapuas (Kalimantan), Bengawan Solo (Jawa Tengah), dan Sungai Asahan (Riau).
b. Danau
Danau merupakan genangan air yang luas yang dikelilingi daratan.
Kebanyakan danau adalah air tawar. Danau sering digunakan untuk rekreasi
dan olahraga. Contoh danau di Indonesia adalah Danau Laut Tawar (Aceh),
Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Segara Anakan (NTB), Danau Batur
(Bali). Danau ada juga yang sengaja dibuat oleh manusia. Danau buatan
ini disebut waduk. Contohnya Waduk Gajah Mungkur (Jawa Tengah) dan Waduk
Jatiluhur (Jawa Barat). Waduk biasanya digunakan untuk pengairan,
pembangkit listrik dan rekreasi.
c. Laut
laut
Laut merupakan perairan yang luas dengan ciri airnya asin. Laut
banyak yang menghasilkan berbagai jenis ikan, udang, kerang serta
rumput laut. Laut banyak dimanfaatkan juga untuk rekreasi dan
transportasi. Laut yang sangat luas disebut samudera. Contoh laut di
Indonesia adalah Laut Jawa, Laut Banda dan Laut Sulawesi. Sedangkan
contoh samudera adalah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
d. Selat
Selat adalah laut sempit di antara dua pulau. Selat ada yang dibuat
oleh manusia. Selat buatan disebut terusan atau kanal. Selat sering
digunakan sebagai jalur transportasi air antar pulau. Contoh selat
adalah
Selat Sunda (antara pulau Jawa dan Pulau Sumatera) dan selat Bali (antara pulau Jawa dan pulau Bali).
e. Teluk
teluk
Teluk merupakan laut yang menjorok ke daratan. Teluk di Indonesia
sangat banyak. Teluk banyak dimanfaatkan untuk pelabuhan dan tempat
wisata. Contoh teluk di Indonesia adalah Teluk Penyu, Teluk Semarang,
Teluk Cendrawasih dan Teluk Bone.
f. Rawa.
Rawa merupakan daerah yang digenangi air dengan tanahnya berlumpur. Rawa biasanya terdapat di daerah pantai. Keberadaan rawa
sangat penting yakni mencegah dari kerusakan atau pencemaran
lingkungan. Karena memiliki manfaat yang besar, rawa harus dijaga
kelestariannya.
B. Hubungan Kenampakan Alam dengan Keragaman Sosial Budaya
Apakah pekerjaan masyarakat yang tinggal di daerah pantai?
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah pantai bekerja sebagai
nelayan. Mengapa? Sebab mereka tinggal di dekat laut. Di laut banyak
terdapat ikan sehingga mereka memanfaatkannya untuk mencari nafkah.
Mereka menangkap ikan kemudian mereka jual ataupun digunakan untuk
kebutuhan sendiri.
Jika kita amati ternyata kenampakan alam berpengaruh terhadap
pekerjaan masyarakat yang tinggal di situ. Di daerah pegunungan
kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai petani. Mereka memanfaatkan
tanah pegunungan yang subur menjadi lahan perkebunan. Bagaimana
dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan? Masyarakat yang tinggal
perkotaan karena tidak ada sawah banyak yang bekerja menjadi pegawai
pabrik, berdagang ataupun bekerja di kantor-kantor.
Pekerjaan merupakan salah satu bentuk sosial budaya. Selain
berpengaruh terhadap pekerjaan, kenampakan alam juga berpengaruh
terhadap bentuk sosial budaya yang lain. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi atau kebiasaan yang dilakukan
masyarakat secara turun temurun. Adat istiadat sangat dipengaruhi
keadaan alam di mana manusia tinggal. Masyarakat di pedesaan masih
memegang erat adat istiadat seperti hidup bergotong-royong, selamatan
dan membuat sesaji. Para petani di pedesaan ada yang membuat sesaji
ketika akan menanam bibit padi dan ketika panen. Para nelayan juga
mempersembahkan sesaji untuk “dewa laut” ketika akan mencari ikan.
Masyarakat di pedesaan juga memiliki tradisi gotong-royong yang
masih kuat. Hubungan antar warga di pedesaan sangat akrab. Mereka
bahu membahu melakukan setiap pekerjaan tetangga yang membutuhkan
bantuan. Seperti mendirikan rumah, memanen padi, membersihkan
lingkungan dan sebagainya. Berbeda dengan masyarakat kota. Hubungan
antar warga sangat renggang, bahkan kadang dengan tetangga tidak saling
mengenal. Masyarakat di kota ketika akan membangun rumah harus
menyewa orang lain.
2. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia antara lain berupa
pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata dan alat transportasi.
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia juga dipengaruhi oleh keadaan
alam di mana mereka tinggal. Manusia banyak memanfaatkan apa yang
ada di lingkungannya untuk membuat peralatan dan perlengkapan hidup.
a. Pakaian
Manusia banyak memanfaatkanb tumbuhan dan hewan di sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan sandangnya. Seperti bulu domba, bulu burung, kulit
buaya ataupun dedaunan. Pada zaman dahulu manusia langsung mengenakan
bahanbahan tersebut untuk menutup tubuh. Seiring dengan perkembangan
pengetahuan, manusia mengolah terlebih dahulu
bahan-bahan alam tersebut menjadi kain. Baru setelah itu dijahit dan
dibentuk pakaian. Tidak hanya pakaian, aksesoris lainnya seperti tas,
topi ataupun sepatu juga dibuat dari bahan di lingkungan sekitar.
Kondisi alam juga berpengaruh pada ketebalan baju yang dikenakan
manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, lebih sering
mengenakan baju tebal. Sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah kota
atau pantai yang panas lebih sering menggunakan baju yang tipis dan
mudah menyerap keringat.
b. Rumah
Tak ubahnya seperti pakaian, manusia dalam membuat rumah juga
dipengaruhi oleh kondisi alam. Baik dalam hal bentuknya maupun bahan
pembuatannya. Bahkan tempat membangun dan arah pintu rumah juga
dipengaruhi kondisi alam.
Rumah-rumah di daerah yang jauh dari kota terbuat dari bahan-bahan
yang ada di sekitar. Seperti kayu, bambu dan dedaunan untuk atapnya. Di
daerah pantai masyarakatnya membuat rumah panggung agar tidak terkena
air laut. Di tempat yang banyak binatang buas juga dibangun rumah
panggung. Bentuk atap rumah pun juga demikian. BAB 2 Kenampakan Alam di
Lingkungan Setempat 29
B. Hubungan Kenampakan Alam dengan Keragaman Sosial Budaya
Apakah pekerjaan masyarakat yang tinggal di daerah pantai?Sebagian besar
masyarakat yang tinggal di daerah pantai bekerja sebagai
nelayan. Mengapa? Sebab mereka tinggal di dekat laut. Di laut banyak
terdapat ikan sehingga mereka memanfaatkannya untuk mencari nafkah.
Mereka menangkap ikan kemudian mereka jual ataupun digunakan untuk
kebutuhan sendiri. Jika kita amati ternyata kenampakan alam berpengaruh
terhadap pekerjaan masyarakat yang tinggal di situ. Di daerah pegunungan
kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai petani. Mereka memanfaatkan
tanah pegunungan yang subur menjadi lahan perkebunan. Bagaimana
dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan? Masyarakat yang tinggal
perkotaan karena tidak ada sawah banyak yang bekerja menjadi pegawai
pabrik, berdagang ataupun bekerja di kantor-kantor. Pekerjaan merupakan
salah satu bentuk sosial budaya. Selain
berpengaruh terhadap pekerjaan, kenampakan alam juga berpengaruh
terhadap bentuk sosial budaya yang lain. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat secara turun temurun. Adat istiadat sangat dipengaruhi
keadaan alam di mana manusia tinggal. Masyarakat di pedesaan masih
memegang erat adat istiadat seperti hidup bergotong-royong, selamatan
dan membuat sesaji. Para petani di pedesaan ada yang membuat sesaji
ketika akan menanam bibit padi dan ketika panen. Para nelayan juga
mempersembahkan sesaji untuk “dewa laut” ketika akan mencari ikan.
Masyarakat di pedesaan juga memiliki tradisi gotong-royong yang masih
kuat. Hubungan antar warga di pedesaan sangat akrab. Mereka bahu membahu
melakukan setiap pekerjaan tetangga yang membutuhkan bantuan. Seperti
mendirikan rumah, memanen padi, membersihkan lingkungan dan sebagainya.
Berbeda dengan masyarakat kota. Hubungan antar warga sangat renggang,
bahkan kadang dengan tetangga tidak saling mengenal. Masyarakat di kota
ketika akan membangun rumah harus menyewa orang lain.
2. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia antara lain berupa
pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata dan alat transportasi.
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia juga dipengaruhi oleh keadaan
alam di mana mereka tinggal. Manusia banyak memanfaatkan apa yang
ada di lingkungannya untuk membuat peralatan dan perlengkapan hidup.
a. Pakaian
Manusia banyak memanfaatkan
tumbuhan dan hewan di sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan sandangnya. Seperti
bulu domba, bulu burung, kulit buaya
ataupun dedaunan. Pada zaman dahulu
manusia langsung mengenakan bahanbahan
tersebut untuk menutup tubuh.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan,
manusia mengolah terlebih dahulu
bahan-bahan alam tersebut menjadi kain.
Baru setelah itu dijahit dan dibentuk
pakaian. Tidak hanya pakaian, aksesoris
lainnya seperti tas, topi ataupun sepatu
juga dibuat dari bahan di lingkungan
sekitar.
Kondisi alam juga berpengaruh pada ketebalan baju yang dikenakan
manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, lebih sering
mengenakan baju tebal. Sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah
kota atau pantai yang panas lebih sering menggunakan baju yang tipis
dan mudah menyerap keringat.
b. Rumah
Tak ubahnya seperti pakaian, manusia dalam membuat rumah juga
dipengaruhi oleh kondisi alam. Baik dalam hal bentuknya maupun bahan
pembuatannya. Bahkan tempat membangun dan arah pintu rumah juga
dipengaruhi kondisi alam.
Rumah-rumah di daerah yang jauh dari kota terbuat dari bahan-bahan
yang ada di sekitar. Seperti kayu, bambu dan dedaunan untuk atapnya. Di
daerah pantai masyarakatnya membuat rumah panggung agar tidak terkena
air laut. Di tempat yang banyak binatang buas juga dibangun rumah
panggung.
Bentuk atap rumah pun juga demikian. Perhatikan beberapa contoh
rumah adat di Indonesia berikut:
Jika kita perhatikan bentuk atap beberapa rumah adat di atas hampir
sama. Mirip apakah atap-atap tersebut? Sekilas ada yang mirip tanduk.
Namun sebenarnya atap rumah-rumah tersebut mirip dengan perahu yang
dibalik. Mengapa mirip perahu? Dahulu masyarakat kita terkenal sebagai
pelaut yang ulung. Perahu merupakan bagian paling penting dari kehidupan
mereka. Karena itu bentuk perahu diabadikan dalam bentuk atap bangunan
khas Indonesia.
Selain dipengaruhi oleh kondisi alam, pembanguan rumah juga
dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat. Di Kalimantan Tengah, orang
Dayak membangun desa di pinggir aliran sungai. Mereka percaya bahwa
air sungai dari hulu membawa rahmat dari Tuhan. Mereka juga percaya
bahwa sungai juga dapat menghanyutkan roh-roh jahat ke muara. Di Bali,
masyarakatnya membangun rumah atau desa tidak sembarang tempat.
Mereka percaya setiap wilayah di bumi ini mempunyai arti tertentu. Ada
tempat yang baik untuk didiami, ada juga yang tidak.
ungai
c. Alat transportasi
Kondisi alam juga berpengaruh pada alat trasportasi yang digunakan
manusia. Daerah-daerah yang belum dibangun jalan raya sulit dijangkau
dengan kendaraan seperti di kota. Pesawat pun tidak dapat sembarangan
bisa memasuki daerah-daerah seperti ini. Pesawat yang digunakan adalah
pesawat khusus yang dinamakan pesawat perintis. Di daerah yang
berbukit-bukit, masyarakatnya masih banyak menggunakan kuda sebagai
alat transportasi. Seperti di daerah Gunung Bromo, Jawa Timur.
Di Kalimantan yang masih penuh dengan
hutan lebat, namun banyak sungai, transportasi
utama mereka adalah transportasi air. Mereka
menggunakan berbagai jenis perahu dan rakit
untuk segala kebutuhan pengangkutan. Ke
sekolah, ke kantor pemerintahan atau ke tempat
lainnya mereka gunakan perahu. Sungai juga
menjadi jalur untuk mengangkut berbagai hasil
bumi. Bahkan pasar pun juga dibuat di atas
sungai. Pasar seperti ini dikenal dengan
sebutan pasar apung
d. Senjata dan alat-alat rumah tangga
Banyak senjata yang digunakan masyarakat dibuat dari bahan yang ada di
sekitar mereka. Seperti panah dan tombak. Setelah mengenal
logam, masyarakat menempa besi menjadi berbagai macam senjata. Seperti
pisau, belati dan pedang. Demikian pula dalam membuat alat-alat rumah
tangga. Banyak yang memanfaatkan bahan yang ada di alam. Seperti tanah
liat untuk membuat tempayan dan pot bunga. Kayu dan bambu untuk membuat
meja, kursi, almari dan perabot rumah tangga lainnya. Daun-daun pun juga
dianyam menjadi tikar dan atap rumah.
e. Makanan
Apa makanan pokok di daerahmu? Di Indonesia sebagian besar penduduknya makan nasi sebagai makanan pokok. Di beberapa tempat
seperti di Papua makanan pokok mereka adalah sagu. Sedangkan di Madura,
makanan pokok mereka adalah jagung. Makanan, baik makanan pokok maupun
yang lainnya tak lepas dari potensi alam yang ada di setiap daerah. Di
daerah-daerah pantai misalnya, ikan laut merupakan menu utama masyarakat
yang ada di sana.
f. Pengetahuan
Manusia dengan akal yang diberikan oleh Tuhan, belajar banyak hal dari
alam. Para nelayan memiliki pengetahuan berlayar, menangkap ikan dan
membuat garam. Selain itu mereka juga memiiliki pengetahuan tentang rasi
bintang dan menggunakannya sebagai petunjuk arah. Rasi bintang juga
digunakan para petani untuk mengetahui musim dan menentukan tanaman yang
cocok. Petani selain memiliki pengetahuan rasi bintang juga memiliki
pengetahuan bercocok tanam dan pengairan. Masyarakat Bali terkenal
dengan teknik mengairi sawah yang disebut Subak. Subak merupakan kerja
sama membuat saluran air. Dengan cara ini semua petani dapat mengairi
sawahnya secara merata. Tidak ada yang merasa dirugikan.
g. Kesenian
Tidak ada manusia yang tidak menyukai keindahan. Kesenian
merupakan segala sesuatu yang indah. Manusia mengungkapkan rasa
indah dalam dirinya dalam beraneka bentuk kesenian. Seperti tarian, lagu,
lukisan ataupun tulisan. Segala bentuk kesenian tersebut tak lepas dari
pengaruh kondisi alam yang ada di sekitar manusia. Sebab kesenian
merupakan hasil pengolahan akal pikiran, perasaan yang digabungkan
dengan apa yang dilihat manusia di alam. Tak jarang kesenian merupakan
bentuk rasa takjub manusia pada keindahan alam ciptaan Tuhan.
Di Indonesia hampir setiap
daerah memiliki kesenian khas.
Sebagai contoh di Aceh terdapat tari
Saman dan lagu Bungong Jeumpa. Di
Sulawesi terdapat Tari Maengket dan
lagu O Ina Nikeke. Di Papua terdapat
Tari Sampari dan lagu Apuse. Ada pula
bentuk kesenian lain seperti seni patung
yang banyak dijumpai di Bali dan seni
membatik yang terdapat di Jawa
Tengah. Bila kita amati keseniankesenian
daerah tersebutmenggambarkan
sifat dan karakter masyarakatnya.
h. Bahasa
Untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain manusia
membutuhkan bahasa. Di Indonesia terdapat ratusan bahasa daerah
dengan logat yang berbeda-beda pula. Dahulu sebenarnya nenek moyang
bangsa Indonesia adalah sama. Tentunya bahasa yang digunakan juga
sama. Kemudian mereka menyebar dan menetap di banyak tempat di
Nusantara. Nah, karena terhalang oleh alam seperti gunung, laut dan sungai
mereka tidak pernah berhubungan lagi. Maka dalam jangka waktu yang
cukup lama terbentuklah suku-suku bangsa dengan bahasa daerah yang
berbeda satu sama lain.
Walaupun demikian, karena berasal dari bahasa induk yang sama
kadang kita jumpai kata-kata yang sama di beberapa daerah. Misalnya
kata budal, mulih, peken di Bahasa Jawa juga terdapat di Bahasa Bali.
Adakalanya dijumpai kata yang sama namun artinya berbeda di daerah
lain. Seperti kata “bujur” bagi orang Kalimantan berarti lurus atau garis,
tetapi bagi orang Sunda “bujur” artinya pantat. Selain kosakata, pengucapan
atau logat di tiap daerah juga berbeda. Hal ini terlihat ketika berbahasa
Indonesia. Kata yang sama diucapkan dengan logat yang berbeda-beda
oleh orang dari daerah yang berbeda.
i. Sistem kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan meliputi kelompok atau organisasi,
hubungan kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum. Masyarakat untuk
maksud tertentu biasanya membentuk kelompok-kelompok atau organisasi
tertentu. Organisasi tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan
masyarakat atau anggotanya. Misalnya di daerah pedesaan terdapat
Koperasi Unit Desa yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para petani.
Di kampung nelayan terdapat Koperasi Nelayan yang mengurus
kepentingan dan kebutuhan para nelayan.
Di dalam masyarakat selain terdapat kelompok atau organisasi juga
terdapat peraturan-peraturan atau hukum baik tertulis ataupun tidak.
Peraturan ini juga tidak lepas dari pengaruh keadaan alam. Sebagai contoh
masyarakat Kampung Naga di Jawa Barat melarang siapapun untuk masuk
hutan. Apalagi mengambil tumbuhan atau hewan dari hutan itu. Untuk
kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga membuat hutan buatan,
yang mereka sebut Leuweng Pajegan. Itulah sebabnya Kampung Naga,
selalu asri dan sejuk.
C. Peristiwa-Peristiwa Alam yang Mempengaruhi Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah mengalami atau
merasakan berbagai peristiwa alam. Peristiwa alam tersebut ada yang
menguntungkan, namun ada pula yang merugikan. Peristiwa yang
merugikan biasanya disebut sebagai bencana alam. Bencana alam dapat
menimbulkan banyak kerugian harta, bangunan, persawahan bahkan dapat
pula menimbulkan korban jiwa.
Peristiwa alam dapat terjadi pada skala kecil dapat pula terjadi pada
skala yang besar. Pernahkah kalian mendengar bencana tsunami yang
terjadi Aceh pada tahun 2004? Bencana tersebut tergolong bencana yang
berskala besar, hingga dimasukkan sebagai bencana nasional. Bencana
tersebut menimbulkan korban puluhan ribu nyawa.
Berbagai peristiwa alam yang mempengaruhi kehidupan sosial
manusia antara lain sebagai berikut:
1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan gerakan atau goncangan bumi karena
tekanan-tekanan dari dalam bumi. Kamu mungkin pernah merasakannya.
Gempa bumi ada yang disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi atau
karena aktivitas gunung berapi. Ada pula karena tanah runtuh dan bendabenda
langit yang jatuh.
Gempa bumi yang terjadi di negara kita ada yang berskala kecil ada
yang berskala besar. Skala yang sering digunakan adalah skala Richter.
Gempa bumi yang berukuran 2 atau kurang pada skala Richter mungkin
tidak terasa. Namun bila ukurannya mencapai 7 atau lebih, kerusakan akan
terjadi. Gempa yang berskala besar dapat menyebabkan kerusakan rumah
atau gedung, tanah retak dan menimbulkan korban jiwa.
Agar gempa bumi yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan besar
dan korban jiwa perlu dilakukan antisipasi. Rumah dan gedung harus
dirancang supaya tahan gempa. Sistem pengamanan pun harus disiapkan
dengan baik. Sehingga bila sewaktu-waktu terjadi gempa dan tsunami
masyarakat bisa segera diamankan
SUMBER:http://blog.unnes.ac.id/hamilatur/2011/11/03/kenampakan-alam-di-lingkungan-setempat/