INILAH.COM, Padang - Sumatera Barat berduka dan menangis lagi.
Sebelumnya Pasaman dilanda musibah galodo. Kini, warga Malalo, Tanah
Datar menerima musibah bencana alam serupa. Tak ada korban jiwa, namun
fasilitas publik dan sawah banyak yang hancur.
Belum kering air
mata warga Pasaman akibat banjir bandang, kini bencana banjir bandang
kembali menghantam kawasan Singkuang Jorong Tangah XX Nagari Padang
Laweh Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar. Banjir
bandang itu terjadi pukul 22.30 WIB hingga 23.30 WIB pada Minggu (26/2)
malam.
Banjir bandang yang menghantam Padang Laweh ini merusak
dua rumah warga dan dua musala. Tak hanya itu puluhan hektare sawah
lenyap tertimbun tanah dan bebatuan. Jalan Singkuang juga ikut amblas,
sehingga akses jalan menuju Singkuang jadi terputus.
Tidak ada
korban jiwa dan luka-luka, tapi bencana itu membuat suplai air bersih
jadi terputus, karena pipa sambungan air bersih ikut patah diterjang
banjir bandang. Untuk mengatasi air bersih, saat ini pemerintah setempat
telah menyediakan satu unit mobil PDAM, yang berjarak sekitar 300 meter
dari lokasi banjir bandang.
Sementara itu, ada sekitar 11 Kepala
Keluarga (KK) yang terpaksa mengungsi ke rumah sanak keluarganya,
karena takut akan terjadi banjir bandang susulan.
Hingga Senin
(27/2) kemarin, beberapa petugas Tim SAR telah dikerahkan untuk evakuasi
warga dan barang-barang berharga milik warga. Namun satu unit alat
berat yang dikerahkan belum bisa berbuat banyak, karena akses jalan yang
rumit.
Menurut Bastian (40), salah seorang korban banjir
bandang, Ia mendengar tiga kali suara keras mirip sebuah letusan. Tak
lama kemudian, Ia melihat air bercampur lumpur memasuki rumahnya
setinggi lutut.
“Waktu itu saya sudah tidur, dan terbangun ketika
mendengar ada letusan keras. Awalnya saya tak menduga akan terjadi
banjir bandang. Saya baru menyadarinya, saat air bercampur lumpuh telah
masuk ke rumah saya,” ujar Bastian.
Bastian mengatakan, ada 11
orang yang tinggal di rumahnya, yang terdiri dari istri, anak dan kedua
orangtuanya. Saat rumahnya dimasuki air bercampur lumpur, Ia segera
memboyong semua keluarga besarnya ke rumah sanak family yang dirasakan
aman, yang berjarak sekitar 20 meter.
Bastian mengaku, Ia
mengalami kerugian sekitar Rp150 juta. Akibat banjir bandang itu, pagar
dan teras rumahnya porak poranda. Ia juga kehilangan satu unit mobil
Kijang Kapsul, serta beberapa perlengkapan rumah tangganya juga rusak.
Dari
keterangan sejumlah warga sekitar, diduga kuat banjir bandang itu
diakibatkan oleh retaknya Bukit Patah Gigi, sehingga terjadi longsor
besar ketika hujan lebat. Lokasi longsor diperbukitan itu juga tak
sanggup menahan debit air yang besar, sehingga terjadilah banjir bandang
yang menuju Sungai Rak Ilie yang melintasi kawasan Singkuang.
Belum
ada pernyataan resmi dari pemerintah setempat apakah diberlakukan masa
tanggap darurat atau tidak atas kejadian itu. Beberapa warga mengaku
belum mendapat bantuan, dan pejabat yang baru mengunjungi lokasi, baru
pejabat tingkat kecamatan. [mar]
SUMBER:http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1835068/lagi-banjir-bandang-serang-padang
0 komentar:
Posting Komentar